Kejutan Untuk Pukang

“Kang, kamu ingin kuantar menemui orang-orang yang matanya enak dipandang, bukan?”

Tanpa banyak kata. Kupacu motorku. Kutahu, Pukang pasti tak sabar menemui orang-orang itu. Ini akhir pekan yang kutunggu-tunggu setelah mendapat gaji pertamaku. Kejutanku pasti berhasil.

Pukang sangat antusias, aku pun ikut senang. Sepanjang perjalan dia selalu ngoceh, berseloroh banyak hal. Dengan berkendara,sungguh aku tak bisa mendengar jelas apa yang dia katakan. Aku hanya cukup meresponnya dengan anggukan, lantas dia akan melanjutkan cerita lain. Begitu seterusnya.

Akan tetapi, di tengah perjalanan kita, langit mendadak mendung, air hujan menghunjam tak terbendung.
“Mas, sebaiknya kita menepi dulu, nanti Mas sakit,” katanya. Kupandang raut mukanya murung.
“Tak apa, kita lanjut saja sebentar lagi sampai kok, nanti kita telat ” kataku.

Blar! Kilat menyambar, gemuruh riuh.
“Mas, sebaiknya kita menepi saja!” Pukang memaksa.
Aku bersikeras terus memacu motorku. Aku takmau dia kecewa. Hujan makin menderas.

“Maaaas, awas!”
Sebelum semua mendadak gelap, samar kulihat ada minibus yang melawan arus.
**
Saat terbangun, aku berada di sebuah rumah sakit. Kepalaku sungguh terasa berat. Ibu, Bapak, Mbak, ada di sekelilingku.
“Di mana Pukang?”
Hening.

“Pukang baik-baik saja bukan? Pukang pasti senang bisa melihat Bapak, Ibu, Mbak. Pukang selalu bilang bahwa kalianlah orang-orang dengan mata yang enak dipandang.”
Tak satupun dari mereka berkata.

“Kalian kenapa? Pukang baik-baik saja bukan?”
**
Esoknya, aku tahu pasti, bahwa Pukang, adikkku telah tiada. Ketika diam-diam kuikuti Bapak, Ibu, Mbak menuju kamar mayat, kuintip mereka dari balik jendela. Mereka sangat berduka.

Tapi tunggu, di ruangan itu ada orang lain yang sedari tadi memunggungiku. Kepalanya diperban. Berjalan tertatih. “Pukang?”

Saat akan kubuka handle daun pintu, ada yang menepuk punggungku.

Mbak dengan jubah putih, juga Bapak, Ibu berdiri di belakangku.
Aku linglung. Berputar-putar. Hiruk-pikuk rumah sakit mendadak lenyap dari sekelilingku.

“Dimas, pulanglah, kami sudah ikhlas,” ucap mereka bergantian.


Untuk Prompt #96 @mondayFF

12 Komentar

  1. AA. Muizz berkata:

    Wanita itu, sosok pencabut nyawa?

      1. AA. Muizz berkata:

        Hmmm.

      2. AA. Muizz berkata:

        Sosok itu seakan muncul begitu saja.

      3. junioranger berkata:

        Sip. Aku edit šŸ˜‰

  2. erin berkata:

    Kakak aku penasaran cewek itu siapa? Apakah pukang juga akan mati?
    #Penasaran

    1. junioranger berkata:

      Eh erin bingung ya? Dimasnya semacam kena delusi *dijelasin

    2. junioranger berkata:

      Sudah aku edit ya šŸ˜‰

  3. aulia berkata:

    Apa banget baca ginian larut malam. T_T Apalagi aku membayangkan Pukang berjalan tertatih. T_T *langsung bobok*

    1. junioranger berkata:

      Terlalu hororkah? Haha. Makasih sdh baca šŸ˜‰

  4. sulunglahitani berkata:

    Terlalu biasa buat seorang Jun yang anak fm šŸ˜€ *melipir

Tinggalkan Balasan ke junioranger Batalkan balasan