Gambar: @julialillardart
Romlah
Teguh, suamiku, mana berani dia mengkhianatiku. Meski aku tahu, mudah baginya untuk mendekati wanita mana pun. Apalagi wanita murahan pinggir jalan, berpaling dari wajah tampannya adalah mustahil. Tapi aku jamin, dia adalah lelaki polos yang setia, sejak sekali dia coba menggoda perempuan lain, tapi betapa bodohnya, pasalnya, Surti yang didekatinya adalah kaki tanganku.
Mampuslah dia. Surti mengadukannya padaku. Semingguan lebih Teguh merengek, minta maaf. Ampun, takkan mengulangi perbuatannya. Kadung cinta, aku luluh, memberinya kesempatan kedua. Asal jangan coba-coba mengulang kesalahan yang sama. Awas saja!
Teguh
Romlah, dia kadung jatuh cinta padaku. Meski aku ini polos, bodoh, tapi ketampananku yang membuat hatinya sudi berlabuh. Kiranya aku ini dermaga, dia kapalnya, berlabuhlah cintanya. Sinting! Biarlah. Romlah tetap segalanya, dia anak juragan kaya. Yang penting, kini hidupku bahagia. Meski harus berpura-pura…
“Guh, kamu ini ganteng, bisalah dapat dua kali lebih dari sekadar Romlah! Kamu yakin dengan semua itu?” ujar Joko mengejekku.
Hening.
“Lo harus berani menentukan. Memilih yang terbaik, bagaimana jalan ke depannya nanti.” Joko melanjutkan.
Diam. Kusesap-embuskan rokokku. Serumit inikah hidupku?
DRRRT! Ponselku bergetar, notifikasi order pelanggan Uber. Klik. Kuambil.
“Gua duluan, Ko. Ada order.” kataku pada Joko. Dia mengangguk, mempersilakan.
Manjur. Ejekan Joko terus terngiang-ngiang sepanjang jalan. Cukup dibenak saja. Traumaku luar biasa pada tragedi menggodai Surti. Aku harus bersyukur, Grandmax yang kupakai bekerja adalah aset dari Romlah. Akan tetapi… rasaku, tetap ada yang kurang darinya. Joko benar, secepatnya akan kuputuskan jalanku sendiri. Aku harus berani.
**
“Betul dengan, Mbak Romlah?”
“Ya, ini siapa?”
“Saya Karmilah. Teguh, benar suaminya, Mbak?”
“Ada apa dengan suami saya?”
“Aduh! Anu.. Mbak, gawat! Suami Mbak melamar Joko, kakak saya…”
—- Untuk Prompt #128 @MondayFF